PERTUMBUHAN JASMANI dan PERTUMBUHAN ROHANI
Sebagai ayah baru, saya senang mengamati detail pertumbuhan putri saya dari hari ke hari, minggu ke minggu, dan bulan ke bulan. Saya seringkali gemas dengan kepolosan dan kelucuan bayi mungil saya. TUHAN itu ajaib. Begitu kagum saya memikirkan DIA memberi saya bayi mungil ini. Inilah hasil penemuan saya :
Ketika dia baru lahir, sebagai bayi yang masih merah, tak ada satu hal pun yang bisa dia buat selain bernafas dan bergerak lemah. Setelah beberapa minggu, dia baru memperoleh penglihatannya yang semakin baik dan sempurna. Awalnya anak saya hanya bisa melihat warna-warna kontras seperti hitam dan putih. Lama-kelamaan matanya mulai bisa membedakan warna-warna lainnya.
Secara rohani, hal ini menggambarkan sewaktu kita baru bertobat lahir baru, kita masih lemah dan banyak hal yang kita belum mengerti, seperti cara berdoa, menyembah, dan kita belum banyak mengenal tentang Allah dan KerajaanNYA, hukum dan peraturanNYA. Kita masih belum bisa melihat dengan jelas tentang hal-hal rohani.
Dalam hal makanan , kita belum bisa makan makanan lain selain susu. Setelah bertambah bulan, barulah makanan yang lunak bisa kita terima. Lalu semakin kita dewasa, kita mulai bisa makan, makanan yang lebih keras seperti nasi, ayam goreng, kerupuk dan sebagainya.
Dalah hal rohani pun, kita masih banyak belajar tentang kasih Allah, penerimaanNYA yang tanpa syarat, dan segala sesuatu yang termasuk makanan lunak rohani. Kita masih belum kuat untuk menerima kebenaran yang keras seperti menyangkal diri, memikul salib, mati bagi diri sendiri, melepaskan hak-hak dan kesenangan pribadi, dan makanan keras lainnya masih belum saatnya kita menerima kebenaran itu.
Tangan bayi yang semula hanya bisa menggenggam, lama-lama mulai bisa meraih benda. Awalnya tangannya sering meleset. Baru saja dapat benda itu lalu lepas lagi. Dan hal ini terjadi berkali-kali. Karena koordinasi syaraf tangannya belum begitu baik. Namun anak saya terus berlatih dan tak jemu mencoba.
Tangan rohani kita juga masih belum kuat untuk memegang janji-janji Allah. Seringkali kita mendapatkan janji melalui hambaNYA tapi seringkali juga janji itu terlepas dan tidak menjadi kenyataan karena kita belum kuat memegangnya. Tangan iman kita belum cukup kuat secara rohani untuk memegang pedang dan melakukan peperangan melawan musuh. Lengan kita belum cukup kuat untuk melenturkan busur panah, dan kaki kita belum cukup kuat untuk mendaki Gunung KudusNYA.
Setelah beberapa bulan barulah, seorang bayi bisa mendengar suara dan melihat benda. Bila kita mengajaknya berbicara, ia bisa mendengar suara kita, namun dia masih belum mengerti bahasa kita. Ia bisa melihat benda-benda, namun belum mengerti kegunaan dan bahayanya.
Seringkali dalam kerohanian kita, kita sudah bisa melihat dan mendengar perkara-perkara rohani, tapi masih belum tahu apa yang harus kita lakukan. Karena kita belum memahami secara penuh pernyataan Tuhan yang kita terima dan kita masih belum bisa melihat atau mendengar secara keseluruhannya karena kapasitas rohani kita yang masih belum memadai.
Anak saya yang masih bayi, lucunya, tangannya kadang menangkap semua benda, dan suatu saat yang tertangkap adalah rambutnya sendiri, sehingga ia menarik rambutnya, dan kemudian ia menangis! Di lain waktu, ketika saya memegang botol susunya untuk menyusui, sering tangannya bergerak kesana kemari dan memukul botol susunya hingga terlepas dari mulutnya dan terjatuh, lalu dengan tatapan seolah marah pada saya, ia pun menangis keras, seolah mau mengatakan : ”mengapa papa lepaskan botol susunya?!” aku kan masih mau menyusu!!”
Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa seringkali seorang anak yang masih kecil (belum dewasa secara rohani), mendapat kesusahan akibat kesalahannya sendiri. Namun tetap juga ia bertanya-tanya dan menyalahkan orang lain bahkan Tuhan: ”mengapa TUHAN tega, dan membiarkan saya mengalami hal ini terjadi?!”
Ciri anak kecil yang lainnya adalah belum bisa berkonsentrasi dalam waktu yang lama. Itulah sebabnya, seorang anak cepat merasa bosan, dan selalu berpindah-pindah topik pembicaraan dan berjalan, berlari kesana kemari.
Mereka yang masih kecil juga belum dapat menahan dirinya dengan baik. Karena koordinasi syarafnya yang belum maksimal. Sehingga anak-anak seringkali ngompol, dan bila menginginkan sesuatu dan tidak terpenuhi, ia pasti menangis dan marah. Bahkan tak jarang menjerit-jerit dan ngambek.
Begitu pula seseorang yang rohaninya belum dewasa, atau masih anak-anak secara rohani, biasanya cepat marah, kurang pengendalian diri, cepat bosan bila berdoa lama atau berbicara tentang TUHAN. Dan hidupnya masih mencari kepentingan sendiri, seperti kepuasan daging, hawa nafsu, kesenangan dan hobi. Bila bertemu dengan kejadian atau situasi yang membuat keiinginannya tak tercapai, ia ngambek, mudah putus asa, kecewa, dan mengasihani diri sendiri.
Hal ini dapat dilihat dari kerohaniannya yang masih tidak stabil, karena hidupnya masih dipengaruhi keadaan sekelilingnya, dan emosi. Belum hidup menurut apa kata TUHAN.
Ada juga orang dewasa yang disebut kekanak-kanakan karena sifatnya yang masih seperti anak-anak. Apakah itu? Salah satu sifat anak-anak yang menonjol adalah masih belum bisa mengerti orang lain, tetapi selalu menuntut orang lainlah yang mengerti dia.
Anak-anak selalu menuntut, memaksakan kehendak dan maunya. Tidak dapat menahan diri. Sehingga orang yang lebih dewasa lah yang harus mengalah. Anak-anak biasanya selalu meminta dan oran dewasa lah yang memberi. Anak-anak tingkat kesabarannya masih kecil. Orang dewasa semakin panjang sabar. Begitu pula dalam karakter manusia rohani.
Pernahkah anda menemukan pelayan Tuhan yang sudah melayani Tuhan dan memiliki jabatan tinggi di gereja, dipakai Tuhan hebat tetapi di rumah tangganya, istri dan anak-anaknya seringkali mengalah dan dituntut ikuti semua maunya? Kalau tidak dituruti ia akan ngmabek dan marah, kecewa, sakit hati ? Itu tandanya rohnya masih lemah dan kecil alias belum dewasa secara rohani.
Seseorang dapat saja dipakai Tuhan, karena ia rajin berdoa dan memiliki hati untuk melayani dan memberkati, tetapi sifat buruknya masih melekat karena belum dilepaskan dan dipulihkan, dan belum diubahkan oleh Firman dan Kuasa Roh Kudus. Sehingga urapannya seringkali bocor, dan seringkali kehilangan berkat Tuhan. Ada banyak momen dimana Tuhan mau memakai dia lebih lagi tetapi di pending oleh Tuhan karena kapasitasnya belum cukup.
Cepat atau lambat kalau ia tidak bertobat dan minta Tuhan memulihkan dan mengubahkannya, maka ia akan kehilangan pelayanannya dan dibuang karena lama-kelamaan, kedagingannya yang masih kuat itu akan merusak pekerjaan Tuhan yang lain dan mencemarkan pelayanan kudus di Tubuh Kristus.
Tetapi anda pasti pernah juga mengenal seorang hamba Tuhan yang memiliki hati yang lembut dan rendah hati, selalu mau diubah dan diajar oleh Tuhan. Mudah bertobat dan mau belajar dan merendahkan diri. Meskipun dia belum dahsyat pelayanannya , atau belum tinggi jabatannya, namun cepat atau lambat Tuhan akan mengangkatnya untuk dapat menjadi berkat lebih besar lagi. Karena dia bisa dipercaya dan tetap setia.
Orang-orang seperti ini karena ia terus mengembangkan dirinya, saya melihat, pengurapan Allah atasnya makin bertambah, juga kepekaannya.
Dalam hal lainnya, anak kecil dan anak muda, masih adakalanya berantem dan musuh-musuhan. Kita bisa melihat para pelajar yang berkelahi, tawuran dan sebagainya. Tapi semakin dewasa, semakin tua seseorang, emosinya semakin terkendali. Mereka lebih mencari damai sejahtera dan ketenangan. Jarang sekali kita melihat orang dewasa atau kakek nenek yang berantem. Begitu juga semakin dewasa karakter rohani seseorang, ia makin stabil, menguasai diri dan tidak pernah lagi memusuhi orang lain. Ia makin penuh pengertian dan bisa mengalah.
Seorang anak masih belum bisa mengatur hidupnya sendiri atau masih belum mandiri. Sama seperti putri mungil saya yang masih membutuhkan orang tuanya untuk memberinya makan, memandikannya, membawa dia jalan-jalan, bahkan untuk tidur pun perlu bantuan kami. Anak kecil dibawah 10 tahun pun masih belum bisa memutuskan apa yang benar yang harus dilakukannya. Ia hanya tahu bermain, dan melakukan yang ia sukai. Kalau tidak dipaksa mandi, atau tidur, ia akan terus bermain.
Semakin dewasa rohani seseorang, ia akan dapat mengatur hidupnya. Ia tahu apa yang benar yang harus dilakukan pada satu waktu. Ia bisa mandiri untuk menertibkan dirinya hidup dalam kehendak Tuhan. Kapan harus berdoa, kapan harus melayani, kapan harus makan makanan rohani, kapan harus bekerja, kapan harus bersaksi dan kapan harus istirahat.
Dalam hal tanggung jawab, seorang anak belum bisa dipercayai untuk diberi tanggung jawab. Anda tidak mungkin meninggalkan rumah kepada anak kecil. Atau mempercayakan uang dalam jumlah besar kepada balita. Semakin dewasa seseorang ia akan dapat dipercayai, dan bisa memegang tanggungjawab.
Bila seseorang selalu menolak melayani Tuhan, anda tahu itu adalah tanda ia belum dewasa karena ia belum bisa meneladani TUHAN YESUS yang meskipun adalah Tuannya namun datang untuk melayani dan merendahkan diri dengan membasuh kaki.(Yoh 13:12-17). Apakah kita lebih tinggi dari DIA sehingga tidak merendahkan diri seperti Tuan kita? Bila kita mengerti hal ini, berbahagialah kita.
Matius 20:28 sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."
Dari contoh-contoh di atas kita dapat melihat dan merenungkan sampai dimanakah kedewasaan kita. Tuhan sengaja membuat pola hidup di bumi ini mengikuti contoh atau pola di sorga.
Saya teringat dengan ilustrasi yang diberikat Pdt. Sapta Tandi : dulu sewaktu anda masih kecil, ketika anda membutuhkan makan, orang tua kita akan mengambil makanan dan menyuapkannya pada kita. Setelah kita bertumbuh menjadi seorang remaja, saat kita mau makan, apakah kita masih minta mama kita menyuapkannya ?
Tentu tidak, Karena mama kita pasti akan menjawab : Jangan manja! Mama sudah masak makanannya, kamu ambil sendiri piring dan sendok, cedok sendiri, dan makan sendiri. Kamu kan sudah besar!
Tapi setelah kita menjadi dewasa dan orang tua kita mulai tua, sekarang giliran kita yang memasak makanan untuk orang tua kita, kita beli sendiri bahan-bahannya dengan uang yang kita dapat dari hasil kerja kita dan giliran kita menghidupi anak-anak kita dan mengurus orang tua kita.
Begitu juga halnya dengan menjadi dewasa dalam rohani. Bapa tidak menghendaki kita menjadi anak gampang atau anak yang manja. (Ibrani 12:7-8) Yang terus mau disuapi. Sering orang Kristen ketika permintaannya dalam doa tidak dijawab, menjadi marah dan kecewa pada Tuhan. Padahal TUHAN ingin ia belajar dewasa dengan mengambil sendiri makanan yang telah Allah sediakan baginya dengan iman.
Dan akan ada waktunya, Allah ingin ia menjadi semakin dewasa sehingga sanggup memberi makan orang lain. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa ciri kedewasaan rohani satu lagi adalah tidak lagi hidup untuk diri sendiri, tetapi bisa memiliki hati dan kemampuan untuk memberkati, berbagi hidup bahkan rela bekorban demi kebahagiaan dan kehidupan orang lain.
Hanya seorang anak yang selalu mengambil segala sesuatu untuk dirinya sendiri dan tidak peduli dengan orang lain. Dia belum mampu untuk mencari uang sendiri dan belum mampu untuk memberi. Masih selalu meminta dan meminta dan menuntut dan menuntut orang lain mengertinya.
Ciri lain kerohanian yang masih anak adalah belum mengenal isi hati dan pikiran orang tuanya. Dia mungkin kenal orang tuanya sebagai orang yang memelihara dan merawatnya, orang yang menjaga dan sayang padanya, tapi ia tidak mengerti masalah apa yang sedang dihadapi orang tuanya, ia belum peduli apa yang membahagiakan dan apa yang orang tuanya sukai.
Saya dulu saat masih anak belum mengenal orang tua saya seperti saat ini. Tapi sekarang saya bisa berdiskusi dengan orang tua saya mengenai lebih banyak hal karena saya juga telah menikah dan menjadi orang tua sehingga saya bisa memahami hatinya orang tua. Saya bisa berdiskusi tentang keuangan, tentang anak, urusan rumah, pekerjaan, biaya-biaya, dan sebagainya, dimana kami saling bertukar cerita, dan saya menikmati karena sekarang saya mengerti papa mama saya lebih baik daripada dulu saya masih anak-anak.
Begitu pula dalam hal rohani, bila roh kita dewasa, kita akan semakin banyak memahami isi hati Allah Bapa kita, apa yang sedang dikerjakanNYA, apa yang menjadi ganjalan hatiNYA, apa yang menjadi kerinduanNYA. Kita lebih memahami apa yang menjadi kesibukan KerajaanNYA saat ini, kegerakan apa yang sedang disiapkanNYA bagi gereja-gerejaNYA, dan kita mulai bisa masuk menyelami apa yang IA rasakan, getaran hatiNYA, hal-hal yang belum pernah bisa kita mengerti dan pahami sewaktu kita masih anak-anak rohani dulu.
Kita mulai bisa menghargai apa yang dulu kurang kita hargai. Kita bisa memandang semua ciptaanNYA dengan cara pandangNYA. Dalam kasih dan kelembutanNYA. Dalam kesabaran yang besar karena kita telah mengenal arti waktuNYA dan kekekalanNYA.
Setelah membaca semua ini, saya yakin, sama seperti saya, anda juga pasti makin rindu untuk bertumbuh dewasa secara rohani. Semakin mengenalNYA, semakin serupa dan sejalan denganNYA. Bukankah sangat indah bila kita memiliki karakter dan sifat ilahiNYA? Lepas dari segala keinginan dunia dan kepentingan egois daging ini, masuk dalam kemuliaan dan pengudusanNYA.
Sekarang kita sadar, kalau kita tidak bertumbuh semakin serupa gambarNYA-yang adalah tujuan awal penciptaan- maka kita sama seperti ciptaan yang cacad. Meleset dari sasaran ilahi.
Dunia ini sementara dan semu, KerajaanNYA lah yang kekal. Tubuh ini sementara, roh kitalah yang kekal dan hidup selamanya. Tetapi seringkali kita terlena hidup berfokus dan terus memperhatikan hal-hal yang sementara ini dan mengikuti jalan tren dunia dengan terus berusaha menjadi sama dengan dunia agar dapat diterima dunia.
Seringkali kita mengabaikan pertumbuhan rohani kita. Sehingga ada banyak orang yang sempurna secara tubuh, tapi cacad rohani dimataNYA. FirmanNYA menghendaki kita sempurna roh, jiwa, dan tubuh kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar